Kamis, 13 Juni 2013

Tingkat Konsumsi Beras NTT Masih di Bawah Nasional

Tingkat konsumsi beras warga di Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat senilsi 116 kilogram per kapita per tahun atau masih berada di bawah konsumsi nasional dengan nilai 139 kilogram per kapita per tahun.

Kepala Dinas Pertanian Nusa Tenggara Timur, Yohanes Tay Ruba di Kupang, Selasa mengatakan, kecenderungan naiknya kebutuhan terhadap beras di masyarakat, karna adanya perubahan pola hidup dimana banyak pangan lokal yang ditinggalkan dan beralih ke beras sebagai bahan makanan pokok.

Padahal, menurut dia, sebelumnya warga di sebagian besar provinsi kepulauan itu tidak menjadikan beras sebagai bahan pangan pokok.

Kebutuhan terhadap beras yang kian meningkat ini katanya, menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan dari produksi yang dihasilkan oleh petani. Karena itu untuk pemenuhan kebutuhan beras, Pemerintah Nusa Tenggara Timur mengambil langkah mengimpor beras dari sejumlah daerah di pulau Jawa dan Sulawesi.

Dia mengakui, warga di provinsi kepulauan itu telah meninggalkan pangan lokal yang selama ini menjadi makanan pokok warga dan sangat tersedia di lahan masing-masing. "Pangan lokal seperti ubi, pisang dan lainnya sudah ditinggalkan oleh masyarakat kita. Kita ambil contoh di Pulau Sabu dan Rote, makanan pokok mereka bukan beras tapi gula, demikian juga dengan daerah lain," katanya.

Untuk mengembalikan kondisi penghargaan terhadap pangan lokal itu, maka Pemerintah Nusa Tenggara Timur kembali mengkampanyekan pangan lokal sebagai bahan makanan pokok yang utama dalam rumah tangga. Dengan begitu, diharap bisa menekan angka komsusi beras di wilayah ini.

Dia mengatakan, dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat termasuk beras, Pemerintah Nusa Tenggara Timur telah melakukan upaya peningkatan produktivitas hasil pertanian, perluasan areal tanam dari satu kali musim tanam menjadi dua hingga tiga kali musim tanam, membuka lahan-lahan tidur, pengamanan produksi yang dimulai dari perlindungan tenaman dari hama dan penyakit serta berupaya melakukan proses pengolahan panen dan pascapanen.

Hal lainnya, katanya juga dilakukannya, upaya mendorong kemitraan dengan semua pihak yakni dinas terkait maupun masyarakat, termasuk sektor swasta untuk membantu para petani dalam peningkatan produktivitas pertaniannya dengan menanam tiga komoditi andalan yaitu padi, jagung dan kedelai.

Secara operasional dalam rangka memenuhi target produksi, maka pemerintah provinsi membantu sarana produksi berupa alat dan peralatan seperti traktor maupun hand traktor, pompa air, benih, peralatan pengendalian hama, pestisida dan peralatan pasca panen dalam rangka pengolahan hasil.

"Untuk tahun 2013 ini kita juga membantu beberapa kelompok untuk revitalisasi mesin giling, alat pengolahan jagung, perontok padi, juga mengajak pemerintah Kabupaten/Kota untuk terus melakukan pendampingan. Dengan demikian maka sistem budidaya yang baik dan benar itu dari waktu ke waktu bisa terwujud," katanya.

Sumber: beritadaerah.com

1 komentar: